Perencanaan Keluarga Berbasis Tanggung Jawab

Oleh Novi Ardiani pada Selasa, 12 Desember 2017
Seputar Our Stories
Perencanaan Keluarga Berbasis Tanggung Jawab

Perencanaan keluarga sudah menjadi topik yang dibicarakan secara serius sejak awal pernikahan kami. Saat itu, usia saya sudah kepala tiga, dan kami bekerja di kota yang berbeda. Namun, kami berdua masih memiliki mimpi-mimpi yang liar. Kami sadar, butuh perencanaan yang matang agar kehidupan berkeluarga bisa nyaman dijalani bersama.

Kami sepaham bahwa berkeluarga tidak membunuh mimpi kami sebelumnya. Bahkan, akan tumbuh mimpi baru untuk diwujudkan. Terus bermimpi inilah yang membuat kami merasa terus bertanggungjawab dengan perencanaan yang disepakati bersama.

Rencana yang kami sepakati adalah perencanaan keluarga yang berbasis tanggung jawab. Sebab, kami sadari ini akan sangat berbeda dengan perencanaan hidup ketika masing-masing masih sendiri. Perencanaan keluarga adalah untuk kepentingan seluruh anggota keluarga, bukan hanya saya atau suami. Jadi, harus dibicarakan dan disepakati bersama. 

Kami juga paham bahwa rencana itu mungkin dalam perjalanannya tidak semulus yang diinginkan. Nah, apabila kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana, maka kami sepakat untuk menerimanya sebagai bagian dari tanggung jawab yang harus dipikul bersama.

Bagi kami, ada empat perencanaan utama yang selalu diperbaharui seiring berjalannya waktu. Keempat hal itu adalah jumlah anak, pendidikan, karier, dan rencana masa depan.

Jumlah Anak

Setelah melahirkan anak pertama, kami berencana menambah anak setelah anak pertama berusia 2 tahun. Perencanaan itu agak meleset karena setelahnya saya tidak kunjung hamil. Karena usia juga sudah tak lagi muda, dan masih ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dengan jalur beasiswa, maka suami mengizinkan saya untuk sekolah lagi. Rencana pun agak bergeser. 

Rupanya, Allah menganugerahi anak kedua kepada kami pada saat saya sedang lanjut sekolah. Meskipun melalui masa yang tak mudah karena bertekad memberikan ASI  eksklusif, alhamdulillah semua bisa kami jalani. Prinsipnya satu hal, “Bila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, terimalah sebagai bagian tanggung jawab”.

Setelah anak kedua lahir, kami memutuskan untuk tidak menambah anak lagi. Awalnya saya memakai pil KB sebagai alat kontrasepsi, tetapi karena kurang cocok, kami memutuskan untuk menggunakan kondom. Melalui program Pilihanku, DKT Indonesia memiliki misi untuk meningkatkan wawasan kontrasepsi masyarakat Indonesia dengan menyediakan beragam pilihan metode alat kontrasepsi. Urban mama tinggal memilih saja metode mana yang paling cocok untuk keluarga.

Pendidikan

Kami merencanakan pendidikan bagi keluarga sejak awal pernikahan. Suami saya membuka kesempatan untuk saya lanjut kuliah ke jenjang lebih tinggi setelah menikah selama saya masih mau dan mampu. Begitupun, untuk mengikuti pendidikan nonformal yang dirasa perlu bagi kemajuan bersama.  

Untuk anak-anak, kami lebih fokus ke biaya pendidikan. Biaya ini dipersiapkan sejak mereka baru lahir dengan menyisihkan dari sebagian penghasilan. Menyadari bahwa tidak sedikit biaya yang akan dibutuhkan, maka kami mengalokasikan biaya khusus di tabungan pendidikan, asuransi, dan cicil emas. 

Karier

Untuk karier, kami sepakat bahwa suamilah yang di depan, saya di belakang. Karena kami sering terpisah dalam waktu yang lama, maka saya mengambil posisi untuk selalu bersama anak-anak. Dengan legowo saya tidak ngoyo untuk jenjang karier yang lebih tinggi selama suami masih dalam posisi seperti sekarang ini. Selain kerja kantoran, saya terus mengasah keterampilan menulis untuk memperbaharui mimpi-mimpi saya.  

Rencana masa depan

Perencanaan untuk hal ini masih terus kami olah. Kami terus menata diri untuk investasi jangka panjang yang dapat memberikan benefit di hari tua. Rasanya, tidak ingin membebani kehidupan anak-anak kelak ketika kami sudah tidak aktif bekerja lagi. Kami akan butuh passive income. Kami sudah mendaftarkan diri dan masih menunggu antrean untuk menjalankan Rukun Islam yang kelima ini. Selain itu, kami juga merencanakan liburan keluarga adalah yang sifatnya membuat kami makin bersyukur dan kompak sebagai satu tim. Tidak perlu jauh dan mahal, yang penting kebersamaan. 

Dari hari ke hari, saya dan pasangan terus melihat kembali perencanaan yang sudah kami buat. Hidup yang dinamis membuat kami sadar, semua rencana itu tidak baku. Sekali lagi, “Bila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, terimalah sebagai bagian tanggung jawab” 

3 Komentar
musdalifa anas
musdalifa anas December 16, 2017 7:19 am

Mama Novi, terima kasih tulisannya, sama nih mengenai jumlah anak, dulu setelah menikah saya dan suami sepakat punya anak 2 aja. Alhamdulillah diberi 2 anak sehat dan cantik.

Ikut mendoakan semoga perencanaan mama novi berjalan lancar dan tercapai ya. Aamiin

ninit yunita
ninit yunita December 13, 2017 5:31 pm

nov... bagus amat sih artikelnya. itu yang terakhir jleb banget deh :)
semoga semua perencanaannya berjalan lancar dan diberi kemudahan yaaa nov. Aamiin.

Novi Ardiani
Novi Ardiani December 13, 2017 7:16 pm

He he he..... Apa adanya aja itu mah Teh Ninit