Pengalaman memberikan ASI kepada buah hati saya dimulai di atas meja operasi, sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu bayi perempuan saya lahir melalui operasi caesar in cito (dilakukan karena indikasi gawat janin detak jantung melemah). Beberapa saat setelah dilahirkan, si bayi langsung ditaruh di atas dada saya. Suster di ruangan operasi berkata, "Wah, ASI-nya sudah keluar bu...". Puji Tuhan, saya bersyukur inisiasi menyusu dini (IMD) dapat dilakukan sekitar 20 menit.
Tantangan mulai muncul sehari setelahnya. Kesalahan saya saat melepaskan payudara dari dari isapan si kecil, membuat puting lecet. Ditambah produksi ASI yang mulai meningkat membuat payudara mulai bengkak.
Sepulang dari rumah sakit, saya kembali membuat kesalahan. Saking terlalu semangatnya ingin segera menyetok ASIP untuk persiapan saat kembali ke kantor, saya memakai pompa ASI elektrik pada setting yang terlalu kuat. Akibatnya puting yang sudah lecet malah semakin parah dan perih. Di saat yang bersamaan, luka bekas operasi pun masih nyeri. Setiap mulai diisap, puting terasa perih sekali seperti disayat-sayat. Belum lagi lecetnya pulih, beberapa hari kemudian muncul masalah baru: sumbatan di daerah puting yang dikenal sebagai milk blister.
Saat itu, saya merasa seperti mau menyerah. Namun suami terus menyemangati saya, mendampingi saya ke klinik laktasi sampai dua kali untuk mengatasi milk blister yang membandel. Ibu mertua pun ikut terus menyemangati di saat-saat semangat saya down.
Puji Tuhan sekitar sebulan kemudian, masalah puting mulai membaik. Barulah saya mulai bisa 'menabung' stok ASIP dengan baik. Saat 'menabung' ASIP, saya memerah ASIP dengan teknik marmet (manual, tanpa menggunakan pompa). Saat masa cuti habis (waktu itu putri saya berusia 2 bulan), puji Tuhan, stok ASIP yang berhasil 'ditabung' mencapai 70 botol. Bahagia dan bersyukur sekali rasanya.
Selama di kantor, saya kembali disiplin memompa ASI, minimal tiga kali selama jam kantor. Selama di rumah, saya menyusui si kecil langsung. Puji Tuhan, produksi ASI lancar dan tidak pernah mengalami 'kejar tayang'. Putri saya berhasil mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, dan dilanjutkan dengan tambahan MPASI sampai usianya satu tahun.
Tantangan muncul lagi beberapa minggu setelah mulai makan MPASI, putri saya mengalami nursing strike! Dia menolak menyusu di saat siang dan saat terjaga. Hanya mau menyusu saat sudah hampir tertidur. Di waktu-waktu akhir pekan (Sabtu-Minggu) pun dia bisa lima jam tanpa menyusu. Sepertinya si kecil ngambek sama saya. Berbagai usaha sudah dilakukan namun nursing strike ini terus berlanjut selama beberapa bulan! Untungnya, ini bukanlah bingung puting karena si kecil tak pernah saya beri dot/empeng. Media pemberian ASIP hanya lewat softcup feeder, cup feeder, atau sendok. Akhirnya menjelang usia setahun, barulah dia mau kembali menyusu langsung pada saya di siang hari. Sungguh terharu dan bersyukur, memang ujian kesabaran itu berbuah manis.
Saat umur 16 bulan, saya memberikan susu UHT plain untuk putri saya karena stok ASIP sudah menipis. Putri saya weaning with love dengan sendirinya di usia 2 tahun 5 bulan, bertepatan dengan awal kehamilan anak kedua kami.
Puji Tuhan, perjalanan menyusui kedua kali ini lebih mulus daripada yang pertama. Kami dikaruniai seorang putera, lahir lewat persalinan VBAC (vaginal birth after caesarean). Dulu saat selepas operasi caesar, saya harus menjaga posisi tubuh setiap menyusui putri saya. Dengan persalinan normal, kali ini lebih bebas. Tidak ada lagi kisah puting lecet dan perih, milk blister, menjaga posisi tubuh, dan lainnya. Ternyata pengalaman memang guru yang terbaik. Putera saya berhasil mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, dan setelah ulang tahun pertamanya, putera saya masih semangat menyusu. Harapan saya semoga semua lancar, tetap ASI hingga nanti usianya 2 tahun.
Menyadari pentingnya ASI, saya jadi sering mensosialisasikan persiapan menyusui kepada saudara dan teman yang sedang hamil atau baru melahirkan, kadang lewat memberikan buku panduan manajemen ASI. Saya juga berusaha siap sedia menjawab pertanyaan mereka seputar ASI dan manajemennya. Suatu kali saat mengunjungi sepupu yang baru dua hari keluar dari rumah sakit setelah habis melahirkan, tante saya mengatakan bahwa cucunya menangis terus karena kekurangan ASI. Saat itu sepupu mengalami puting lecet, sehingga hanya menyusui dengan salah satu payudara. Mereka sudah berencana memberikan susu formula untuk bayinya yang baru lahir. Niat tersebut saya coba urungkan dan saya katakan bahwa masa dua minggu pertama setelah melahirkan merupakan masa kritis bagi keberhasilan menyusui. Ibu dan bayi masih sama-sama belajar. Namun yakini bahwa ASI seorang ibu pasti cukup bagi bayinya, tidak perlu sufor. Jika masa kritis ini berhasil dilalui, niscaya kedepannya akan lebih mudah. Sepupu akhirnya mencoba lagi berusaha lebih giat dan sabar, akhirnya bayinya berhasil mendapatkan ASI eksklusif sampai enam bulan dan sekarang sudah delapan bulan umurnya, dan masih menyusu ASI.
Senang sekali rasanya bila semakin banyak ibu yang berhasil menyusui dan memberikan ASI untuk bayinya. Menyusui memang proses naluriah, namun diperlukan pengetahuan, persiapan, dan support system untuk dapat berhasil menyusui sampai dengan dua tahun atau lebih. Pengetahuan bisa diperoleh dari membaca buku, ikut seminar, atau dari pengalaman orang lain. Persiapannya sendiri meliputi niat, semangat, dan menyiapkan peralatan yang diperlukan. Support system didapat dari dukungan suami, orang tua, lingkungan pekerjaan, sahabat, dan keluarga besar.
Sedikit sharing ya urban mama, berikut alat-alat utama yang membantu saya dalam memberikan ASI untuk kedua buah hati:
- Pompa ASI manual, saya punya dua buah sekaligus. Karena saya memerah ASIP di kantor, dengan dua pompa hasil ASIPnya lebih banyak dan waktu kegiatan memompa menjadi lebih ringkas.
- Botol ASIP kaca dan plastik PP
- Medela advanced softcup feeder, cup feeder, dan sendok
- Cooler bag dan blue ice untuk membawa ASIP dalam perjalanan
- Sterilizer untuk mensterilkan botol susu dan pompa
- Kulkas dan freezer khusus ASI
- Baju menyusui dan nursing apron
- Minyak zaitun dan kapas untuk breast massage dan membersihkan puting
Semoga sharing ini dapat bermanfaat bagi para urban mama.
kisahnya menginspirasi banget deh mom otie, aku sendiri juga baru memiliki seorang putri sekarang berusia 4 bulan, puji Tuhan sampai sekarang asi eksklusif dan berencana untuk terus memberikan asi sampai 1 tahun minimal. mudah-mudahan kisah sukses mom otie bisa menyukseskan aku juga. Jujur aku dapet ilmu tentang per-asi-an banyak sekali dari urbanmama, dua kakakku dulu anak-anaknya asi di campur sufor, sama sekali tidak menyangka aku bisa memberikan full asi hingga usia 4 bulan ini dan semuanya berkat artikel2 dan obrolan di forum urban mama yang memberikan banyak pengetahuan, tips&trik dan keyakinan bahwa semua mama pasti bisa dan memiliki cukup asi untuk diberikan pada bayinya..
Salut sama Otie!
Nanti kita japri-an yak kalau ada yang mau aku tanya-tanya :)
Otie kereen, hebat deh Otie pantang menyerah:) setuju banget sama semuanya, terus menginspirASI ya Tie :-*
Teh Ninit... makasih... Salah satu referensi aku juga informasi dari The Urban Mama...:)
Zata & Aini: iya... kerasa bedanya tantangan menyusui anak pertama dan anak kedua... hihihi. Makasih juga sudah berkenan membaca sharing ku ya... :)
Thiti...Iya soalnya gak sedikit juga ibu di sekitar yg belum terlalu paham manajemen ASI.. Peluk cium buat Kiev ya... :)
Indah, setuju banget ndah.. Kalo ada support system yg baik, si Ibu lebih tegar haha.. Ah, aku mah apa atuh ... :D
keberadaan support system ini berasa banget ya, otie... karena berat juga kl ibu harus berjuang sendiri... otie hebat deh, menyebarkan semangat menyusui plus berbagi pengalaman, mana yang salah... penting nih, supaya new mom bisa belajar juga...