Self Weaning

Oleh nanieng rahmawati pada Rabu, 08 Januari 2014
Seputar Our Stories

Saya tidak pernah berpikir bahwa Raka akan menyapih dirinya sendiri. Because, yes, he was a breastfeeding addict.

Sejak lahir tanggal 5 Januari 2012, kami berdua tidak banyak mengalami kesulitan dalam proses menyusui. Tentunya ada sesekali Raka menggigit payudara karena sedang tumbuh gigi, atau berakrobat saat menyusu, atau ada kalanya payudara saya bengkak sampe sekujur tubuh menggigil demam karena proses memompa yang kurang tuntas. Satu yang paling 'drama' yang saya ingat adalah saat usia Raka 16 bulan, di tengah malam ia bangun minta menyusu. Walaupun tidak digigit, payudara ini rasanya sakit dan perih sekali, mungkin karena tergesek ya. Saya sampai menangis dan melepaskan mulut Raka dari payudara. Tentu saja, Raka juga jadi ikut menangis. Suami saya jadi bingung tidak tahu harus berbuat apa.

Tapi ya, sebatas itu saja. Besoknya proses menyusui kembali lancar, walaupun tentu perihnya masih terasa.

Karena itulah saya selalu membayangkan proses menyapih nantinya akan sangat sulit. Raka yang maniak menyusu dan saya yang keenakan menyusui. Karena menyusui itu praktis sekali. 'Bius' paling manjur kalo anak mau tidur, tidak perlu lagu nina-bobo atau dongeng pengantar tidur, dikasih menyusu saja Raka pasti langsung lelap. Lagi rewel karena bosan sama mainannya? Menyusu saja, dijamin anteng. Lagi sakit dan makan hanya sedikit sekali? Paling tidak ada asupan dari ASI. Atau kalau Raka sedang aktif-aktifnya tidak mau berhenti main dan saya capek mengejar-ngejarnya, cukup ditawari menyusu, anaknya pasti langsung mau. Lumayan kan, 10 menit bisa selonjoran istirahat.

Sampai pada saat saya dinyatakan hamil 3,5 bulan pun, saya tak kendur menyusui Raka. Saya sepenuhnya mendukung Nursing While Pregnant, dan dokter kandungan saya pun juga mendukung. Raka sendiri juga tidak terpengaruh, tetap jago dan maniak menyusu.

Sampai pada usianya mencapai 20 bulan, saya mulai menerapkan pembatasan frekuensi menyusu, yang awalnya on demand, menjadi hanya 2x sehari saat pengantar tidur saja. Bukan apa-apa, tujuan saya kala itu supaya Raka tidak kaget dan bisa sepenuhnya berhenti menyusu saat usianya 2 tahun.

Dan tentu saja, ada drama dan air mata. Meskipun saya sendiri sebenarnya cukup kaget, karena Raka merengek-rengek hanya sekitar 5-10 menit, bukan berjam-jam lamanya seperti yang saya bayangkan.

Lama-kelamaan, Raka menjadi terbiasa jarang menyusu. Bahkan saat weekend dan kami pergi berjalan-jalan, Raka sering skip jadwal menyusu sebelum tidur dan tertidur sendiri di carseat-nya. Saat malam pun kalau sudah kecapekan, Raka tidak minta menyusu dan langsung terlelap. Bangun di tengah malam pun sudah hampir tidak pernah, tidurnya bablas sampai pagi.

Banyak teman saya yang berkomentar, "Wah enak dong bundanya?"

NOT.

Because I miss my breastfeeding moment!

Sampai suatu siang di bulan November, saat kami sedang liburan ke Bandung, Raka menolak menyusu sebelum tidur. Wah, ada apa ini? Sampai saya bujuk-bujuk, anaknya tetap menolak. Ayahnya ikut membujuk, tapi Raka tetap bergeming.

Perasaan saya? Sedih luar biasa. Begini ya rasanya ditolak anak sendiri. Saya sampai menangis saking kecewanya.

Mungkin kasihan melihat bundanya menangis, siang itu akhirnya Raka mau menyusu lagi. Walaupun sambil meringis karena ditarik-tarik, rasanya bahagia sekali! Ayo Raka, 2 bulan lagi bertahan ya, Nak!

Tapi ternyata, seminggu setelah kejadian itu, Raka resmi sudah self weaning. Tanggal 12 November 2013 adalah hari terakhir ia menyusu.

Setiap saya tawarkan, "Kak, susu bunda ya, mau?" pasti jawabannya "Sudaahhh."

Atau "Kak, ini susu bunda. Buka atau tutup?". Dijawab dengan cepat "Tutup!"

Ah, rasanya kok waktu cepat sekali ya berlalu.

Saya masih ingat sekali ekspresi bahagianya disertai tawa yang terkekeh-kekeh saat saya membuka baju akan menyusui. Dan kalau ia sudah kenyang, akan dilepas sendiri dengan mulut yang belepotan susu karena menyusu yang terlalu bersemangat.

Saya juga ingat sekali betapa enak rasanya saat tangan mungilnya membelai-belai tangan saya saat ia sedang menyusu. Bunda really really miss those wonderful moments with you baby....

Terima kasih ya sayang, untuk 22 bulan yang sangat indah ini. Semoga apa yang Bunda berikan buat Raka menjadikan Raka selalu sehat dan kuat ya.

So, breastfeeding Mamas out there, selamat menikmati setiap detik menyusui ya. It's indeed very precious and priceless. Because breastfeeding is not only the milk, it's also food for child and mother's soul.

51 Komentar
Resti Handini
Resti Handini January 28, 2016 11:16 am

samaa,, anaku nimas juga self weaning di usia 23 bulan 3 minggu hehe... dari usia 20 bulan nimas selalu ku ingatkan bahwa kalau usianya sudah 2 tahun nimas ga boleh nenen lagi, alhamdulillah, dia bisa self weaning tanpa drama...

mungkin malah ibunya yang drama, karena kangen masa menyusui... hehe...

Yuni Ratnasari December 24, 2014 10:24 am

Wah...sekarang Fathan baru 17 M, dan aku lagi hamil sekitar 8 week. sebenernya masih semangat kasih ASI sampe sekarang tapi kadang suka takut akan susah ketika nanti adek nya lahir.
berarti secara teknis aku masih kasih ASI bener dunk yah ?? soalnya masih galau aku

Anggie Fasallo
Anggie Fasallo October 14, 2014 9:53 pm

Mom, aku banjir air mata baca paragraf-paragraf terakhir :(
Kimora (23 mo) juga sebentar lagi akans disapih...dan aku masih belum mengurangi intensitas menyusui. Semoga tidak ada kata terlambat ya buat mulai mengurangi intensitas menyusui dan InsyaAllah semua prosesnya berjalan lancar.

*hhhuuuaaa masih ga kebayang lepas ASI

anokalicious
anokalicious September 4, 2014 2:23 pm

nangis bacanya...meski blom menyusui...

ferry arfianti August 28, 2014 11:15 pm

noooonk.... km bhasil bikin aku mewek malem2.hiks2... lg galawcuriga hamil,lagi cari2 info nursing while pregncy,weaning ...... wealah...ketemunya tulisanmu:-) .. embeeer...menyusui itu indaaaah.... berharap Kalin bisa tuntas 2 th full asinya
ketjup cayank buat Congcong Raka :-)