Sebagai warga Yogyakarta yang tinggal hanya 10km dari Kaliurang, sebuah objek wisata yang terletak di lereng Gunung Merapi, saya malah tidak terlalu excited mengunjungi Kaliurang bersama anak-anak. Alasannya sederhana, takut anak-anak bosan karena tidak banyak yang bisa dilihat selain mendapat suasana sejuk pegunungan.
Namun saat libur lebaran kemarin, saya tidak bisa menolak ajakan keluarga besar suami untuk mencoba Lava Tour, yaitu naik off road jeep menyusuri daerah yang pernah terkenal akan dampak meletusnya Gunung Merapi tahun 2010. Nekad memang, karena saat bulan puasa Ramadan lalu Merapi sempat 'batuk' beberapa kali. Kali ini suami juga keliatan semangat sekali ingin ke Kaliurang. Keputusan untuk ikut pun diambil dadakan sehingga kami tak banyak menyiapkan isi tas, padahal saya mengajak Kakak (5 tahun) dan Adek (16 bulan).
Minim info, sampai di lokasi saya baru tahu kalau ternyata bakal naik mobil jeep terbuka. Jeep ini konon merupakan jeep bekas Perang Dunia II. Karena debu abu erupsi terakhir, penumpang diminta memakai masker. Tentu saja si Adek tak mau pake masker. Malah ditarik-tarik dikira mainan. Ya sudah lah, saya pangku dengan baby carrier masih terpasang dengan badannya menghadap saya. Saya ambil posisi jok belakang bagian tengah untuk meminimalisir risiko jatuh. Oh ya, saya baca di dashboard jeep kalau semua penumpang sudah dilindungi oleh asuransi.
Setelah jeep jalan, baru tahu lagi kalau jalannya benar-benar off road! Guncangan to the max, pokoknya. Dalam hati, saya merapal-rapal doa semoga Adek tak kemasukan sisa abu vulkanik, semoga habis ini tidak pilek, semoga tidak ada kerusakan apapun yang terjadi pada jeep-nya (it looks really old!), dan semoga Merapi tidak mulai 'batuk' lagi. Jalur yang dilewati ini menyusuri Kali Opak dan Kali Gendol yang menjadi jalur utama lava panas Gunung Merapi. Setelah melewati jalur tersebut, kami berpisah dari rombongan dan menyusuri jalan terpisah dengan alasan, "Kasihan ada adeknya Bu, saya pilih jalan yg gak terlalu berdebu."
Adek pun sepanjang perjalanan naik sama sekali tidak rewel, tidak muntah, malah bengong. Kakak jelas senang sekali, walau saya tak yakin kalau diajak Lava Tour saat masih kecil mungkin dia akan menangis. Kebetulan adiknya memang lebih suka diajak outdoor activities, sementara si Kakak lebih anteng dan tekun.
Selanjutnya, kami berhenti di tiga titik. Yang pertama adalah Mini Museum Sisa Hartaku yang berlokasi di bekas rumah yang terkena awan panas. I was amazed, tidak mengira perabot yang separuh terbakar dan kerangka sapi bisa menjadi sejarah yang bercerita. Untuk Kakak, dengan beberapa penjelasan sederhana dia sudah paham apa itu gunung meletus dan apa bahayanya. Untuk Adek yang baru senang-senangnya jalan dan sering jatuh, saya harus selalu mengikutinya dan tidak boleh takut kotor kalau bajunya terkena pasir. Yang penting dia senang dan aman.
Pemberhentian kedua adalah Batu Alien. Kalau museum tadi lebih bersifat human interest, Batu Alien menyuguhkan pemandangan alam yang indah. Jalur lahar dingin membentang di bawah kami, seperti tanah yang terpatah menjadi dua bagian. Batu Alien menjadi spot foto favorit, dengan bentuknya yang memang mirip kepala alien dalam buku dan film. Sopir jeep pun sudah terlatih untuk menjadi fotografer merangkap pengarah gaya. Saya dan keluarga besar kok ya manut-manut saja disuruh menghadapi samping, belakang, menunjuk langit, sampai lompat!
Pemberhentian terakhir adalah makam Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Lokasinya kecil dan menanjak, dengan masjid dan mini museum. Di sini ada beberapa penjual makanan, saya sempat mencoba bakso tusuk yang enak!
Ketika tur selesai, semua aman terkendali, anak-anak tenang, bahkan Adek sepanjang perjalanan pulang tertidur dalam keadaan menyusu. Jalur turun lebih mulus dan langsung sampai basecamp tempat kami memulai tur. Ternyata, ada fotografer beneran saat kami berfoto-foto dengan ponsel tadi. Ia pun menawarkan foto kami yang sudah dicetak ukuran 10R.
Mengenai Lava Tour ini, biayanya antara Rp 350.000-Rp 450.000 untuk satu jeep berkapasitas 4 penumpang dewasa dan 1 anak. A bit pricey, tetapi sepadan dengan sulitnya medan yang harus ditempuh supir dan keseruan yang kami alami. Saya kok ingin ikut lagi ya, soalnya betulan seru sih!
Aku batal terus naik jeep di kaliurang, padahal kami termasuk sering ke kaliurang untuk hirup udara segar + anak-anak lihat monyet liar di sana.
Pertama gak pede karena anak bungsu masih kecil, begitu udah agak gedean, eh ada bayik. Jadi ditunda lagi. Entah deh kapan kesampaian. Heheh
Semoga segera kesampaian ya Mbak :)
sedih juga ya lihat museum sisa hartaku... kalau ajak anak bisa menjelaskan nih bagaimana bahaya dan dampak gunung meletus.
makasih yaaa ti sudah berbagi melalui artikel ini. panduan penting kalau mau ikut lava tour.
Sama-sama Teh, iya betul bisa sekalian belajar sains dan aspek sosialnya..
Kalau nanti ke Yogya, mau ah ikut Merapi Lava Tour ini.. kelihatannya seru sekali :D terima kasih yaa Mama Adhisti utk infonya!
Sama-sama Mbak Aini, wajib coba deh pokoknya :)