Hi, Urban Mama.
Sebagian besar di antara kita saat ini berada di rumah sehubungan dengan wabah Covid-19 yang saat ini terjadi. Secara umum, dunia belum benar-benar terlepas dari kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya membaik. Meski demikian, akhir tahun lalu banyak harapan yang ditempakan pada tahun 2020 ini untuk menjadi titik balik menuju kemajuan global. Misalnya dari sisi market property di mana selama ini saya berkecimpung, secara jangka panjang menunjukkan trend positif telah terlihat. Namun, apa daya kenyataan berkata lain.
Tidak ada yang menyangka bahwa kuartal pertama tahun 2020 ini akan dijalani oleh hampir seluruh umat manusia di dunia dengan 2-8 minggu berada di rumah. Satu kuartal ini berjumlah 13 minggu, yang artinya bahkan lebih dari separuh kuartal pertama itu kita harus di rumah. Dan ini masih akan berlanjut hingga bulan 1-2 bulan mendatang, tidak ada yang bisa memastikan. Yang jelas, pusat perbelanjaan, kantor, dan sekolah semuanya dioperasikan dari rumah. Anak sekolah pun diperkirakan baru bertemu teman-teman dan gurunya sudah langsung di tingkat kelas yang baru. OMG, mati gaya!
Urban Mama dan Urban Papa pasti sudah punya sumber informasi terkait perkembagan Covid-19 ini. Saya tak akan menyebutkan apa pun tentang itu di sini. Wabah ini sesuatu yang kita tak punya kuasa terhadapnya. Mari berfokus atas apa yang kita bisa kontrol: bagaimana kita menjalani hari-hari ini.
Saya ingin sedikit berbagi beberapa aktivitas dan sumbangsih sederhana yang bisa kita lakukan saat berada di rumah:
1. Menyelesaikan yang tertunda.
Ingat bahwa beberapa bulan lalu UrbanMama pernah punya rencana mau home gardening? Eh… ada aja yang bikin kagok sehingga pot dan media tanam sampai sekarang masih ada teronggok di sudut taman. Atau, ingat ada baju yang kancingnya copot? Duh, lupa melulu mau pasang kancing, nih. Nah, ini saatnya menyelesaikan yang tertunda, menuntaskan apa yang telah dimulai.
2. Mengenali tipe belajar anak kita dengan lebih seksama
Saat ini banyak di antara para orang tua yang kesulitan menemani anaknya belajar. Bisa jadi karena kita tidak tahu anak kita itu tipe pembelajar seperti apa. Apakah dia lebih bisa memahami dengan cara visual, auditory, atau dengan Gerakan? Eh eh bentar, apakah Mama Papa juga tahu dirinya sendiri tipe seperti apa? Nah, jangan-jangan kita gak kenal diri sendiri sehingga jadi kesulitan berinterkasi dengan orang lain, termasuk anak kita sendiri. Mumpung banyak waktu tersedia (minimal kan waktu ‘tua di jalan’ untuk pergi-pulang kantor kan utuh), coba deh kenali diri sendiri dan anak kita. Untuk anak, coba perhatikan dia termasuk tipe pembelajar seperti apa. Banyak kok informasi atau literatur yang bisa dipelajari. Lalu sesuaikan cara kita mengajar dengan tipe anak. Well, at least we try our best. Mungkin tidak sempurna, tapi pasti ada gunanya.
3. Asah kemampuan intra-personal: kenali diri sendiri dengan lebih baik
Hey, itu tadi kan tentang anak. Kitanya sendiri bagaimana? Let’s have conversation with ourselves. Saya punya beberapa langkah sederhana yang mungkin bisa jadi inspirasi untuk Urban Mama semua:
- Tuliskan 10 hal yang kita sukai, lalu cari keterhubungan antara satu dengan yang lainnya. Mengapa ini penting? Karena pasti segala sesuatu ada gunanya. Misalnya saya menyukai novel yang berlatar belakang Perang Dunia I dengan setting di Amsterdam, Paris, Bandung, dan Semarang. Saya juga menyukai kegiatan menjahit, baik itu dengan tangan atau menggunakan mesin jahit. Saya juga suka membaca hal-hal yang berhubungan dengan neuroscience. Random? Maybe yes, but there’ll always be a rule in randomness. Coba cari hubungannya, siapa tahu itu jadi ide bisnis yang bisa saya eksekusi untuk beberapa tahun ke depan. It’s a productivity towards your dream, isn’t it?
- Ambil kursus di luar kebiasaan yang selama ini bikin penasaran. Oke, misalnya ada di antara UrbanMama bergerak di bidang kreatif sebagai Graphic Designer, baik full time mau pun paruh waktu. Namun demikian, Mama selalu penasaran gimana caranya roda perekonomian ini bekerja sehingga koq dollar bisa naik turun, suku bunga bank dinamis, mengapa ada quantitative easing, dan lain-lain. Nah, ini saatnya untuk memenuhi dahaga tersebut. Ambil saja misalnya kursus di Udemy tentang Understanding Economy dan sejenisnya. Saya? Well, saya coba reinvent myself dengan mengambil kursus online tentang Penulisan Skenario dan Simple Breathing Technique for Meditation. Asyik kan!
4. Otonomi terhadap diri sendiri
Seberapa banyak kebutuhan UrbanMama sebagai individu terkalahkan selalu demi kepentingan bersama? Seberapa sering kita bilang bahwa kita mau melakukan sesuatu tapi gak sempat karena gak ada waktu? Watch my words: we have to make time to have time. Untuk yang sering kali (merasa) tak punya waktu untuk tidur cukup, ini saatnya memulai habit baru untuk punya otonomi terhadap diri sendiri. Mengapa momentum di rumah saat ini jadi penting? Mumpung support system sangat bisa diajak diskusi secara mendalam. Jika perlu bantuan untuk mencuci piring, sampaikan dengan baik kepada anak-anak dan suami bahwa Mama perlu bantuan. Mama ingin tidur jam 10 malam ini agar esok bisa bangun segar pukul 5 pagi, Mama juga ingin baca novel esok jam 2 hingga jan 4 sore. Boleh, dong. It requires a behavioral shift on how we see ourselves, as well as how we value ourselves.
Semoga sharing ini berguna ya. Saya percaya bahwa we can nailed it together by being our best when we’re at our worst. Selesai ini semua, kita akan bisa hidup seperti biasa lagi, dengan kualitas yang sudah upgraded.
Stay safe, stay productive semuanya!