Seperti biasa selepas makan malam, saya dan suami menemani anak-anak membaca buku. Saat itu, suami mengeluhkan perut kembung. Awalnya dipikir masuk angin saja, karena memang suami baru pulang dari dinas luar kota. Satu jam kemudian, ia berkata “Mah, tolong antar aku ke UGD, sekarang”. Semenjak kejadian malam itu, suami terkesan lebih “rapuh”.
Beberapa minggu lalu, media sosial Instagram dipenuhi dengan postingan bertagar #10yearchallenge. para users memajang foto dari tahun 2009 dan 2019, lalu bercerita sejauh mana kehidupan berubah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Saya termasuk salah satu user yang tergoda untuk ikutan #10yearchallenge.
Hiperlaktasi membuat saya harus sering pumping dan baju saya jadi basah terus karena ASI tidak berhenti keluar. Namun saya harus banyak bersyukur karena diberikan berkah dalam bentuk ASI yang berlebih seperti ini.
Siapapun yang merasa pecinta buku pasti ingin punya perpustakaan sendiri. Setidaknya, suatu ruangan di mana kita bisa memajang semua buku koleksi dengan reading corner yang nyaman. Beberapa teman yang pernah berkesempatan melihat langsung perpustakaan di negara maju, ingin sekali membuat perpustakaan anak sejenis di Indonesia.
Bila kita amati, pola komunikasi tidak efektif pada menekankan pada penyampai pesan karena kurang mendengarkan dan lebih banyak bicara. Akibatnya dalam keluarga, rasa saling percaya tidak tumbuh dalam hubungan dan anak atau pasangan tidak belajar cara berkomunikasi dengan baik.
Dalam kondisi bencana, perempuan dan anak-anak mengalami peningkatan kerentanan, salah satunya disebabkan oleh empat kondisi kodrati perempuan: melahirkan, menyusui, menstruasi, dan hamil. Hal ini dapat menimbulkan beberapa dampak.
Suatu ketika, saya merasa sangat marah dan frustrasi dengan keadaan yang saya hadapi. Ditekan sana-sini, letih, dan harus menghadapi tangisan anak setiap saat. Bila biasanya saya bersabar menghadapi kerewelan anak saat sakit, kali itu emosi saya memuncak.