Pernahkah Mama menyiapkan agenda khusus untuk anak, namun semua tidak berjalan sesuai rencana? Saya baru saja mengalaminya, Ma.
Beberapa waktu lalu saya mendapati pengumuman adanya aktivitas anak yang diselenggarakan sebuah sekolah. Hal utama yang menarik perhatian saya adalah kegiatan tersebut tidak dipungut biaya alias gratis. Memang sih, lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal saya. Acara tersebut digelar di Jakarta Selatan, sementara saya tinggal di Jakarta Barat. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya bisa kok, hadir dalam acara serupa di kawasan yang sama. Saya pun percaya diri bisa membawa kedua anak saya ke sana. Kapan lagi bisa mengajak kedua buah hati menikmati sensory play secara gratis, bukan?
Ragam ujian sebelum tiba di tujuan
Saat hari yang ditunggu-tunggu tiba, ujian demi ujian bermunculan. Kami sebenarnya sudah siap berangkat satu setengah jam dari jadwal acara. Kebetulan saya berangkat berempat: saya, si sulung (2,5 tahun) dan si bungsu (16 bulan), juga si mbak. Karena itulah, kami perlu naik mobil agar lebih nyaman dan leluasa. Saya pun memilih layanan transportasi online. Namun sayangnya, pengemudi pertama yang saya kontak tidak kunjung tiba. Kami bahkan dibuatnya menunggu lebih dari setengah jam. Tadinya saya bermaksud membatalkan pesanan, namun pada si pengemudi meyakinkan bahwa ia sudah dekat. Pada akhirnya, saya sadar bahwa ada miskomunikasi. Si pengemudi tersesat, tapi tidak mau mengakuinya. Duh, kesal kan, Ma!
Saya pun langsung membatalkan pesanan dan beralih ke taksi. Ujian kedua pun datang. It’s weekend! Kemacetan ada di mana-mana! Kami pun terpaksa menghabiskan waktu dua jam di perjalanan. Alhasil, saat tiba di lokasi, acara yang hendak kami ikuti sudah bubar!
“Sudah keluar ongkos mahal, buang-buang waktu di jalan, eh, enggak kesampaian ikut acaranya… Sudah terjatuh tertimpa tangga pula!” pikir saya.
Berusaha menikmati situasi
Namun, saya tak ingin rasa kecewa tersebut menular ke anak-anak. Saya sudah merencanakan waktu tersebut untuk mereka, bukan? Akhirnya, saya berusaha mengajak mereka bersenang-senang dengan mengekplorasi tempat yang baru saja mereka kunjungi. Kebetulan tempat tersebut punya halaman belakang yang cantik, kolam renang, juga ragam furnitur yang antik. Anggap saja, inilah sensory play untuk mereka secara tak langsung!
Benar saja, si kakak begitu menikmati suasana baru itu. Ia menjajal ayunan yang diikat di dahan pohon, mengumpulkan dedaunan kering (salah satu aktivitas favoritnya), dan memainkan sensory bottles berisi kacang hijau, sisa-sisa acara yang tak sempat kami nikmati. Ia bahkan ‘menyulap’ salah satu botolnya menjadi rupa baru. Setelah asyik bermain air di pinggir kolam renang, ia menunjukkan hasil sensory bottle buatannya pada saya.
Sementara, si adik juga tak kalah senang. Ia berjalan ke sana ke mari, sesekali menjumput rerumputan di sekitarnya. Ia juga suka bermain air di pinggir kolam seperti kakaknya. Begitu melihat berbagai ornamen cantik di rumah ini, salah satunya tiles pada bagian teras, ia begitu bersemangat. Lihat, ia sampai enggan berdiri saking senangnya.
Memperkenalkan Trans-Jakarta
Saya pun tak ingin agenda yang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya ini terlewatkan begitu saja. Ketika tiba waktunya pulang, saya berpikir ingin mengajak mereka naik Trans-Jakarta karena kedua anak saya belum pernah mencobanya. Alhamdulillah, keduanya sama-sama antusias, terutama si sulung. Dengan menaiki jembatan penyeberangan orang saja, ia terlihat begitu bersemangat. Ia berlari-lari kecil, tak ingin digandeng, dan sesekali menikmati suasana jalan raya dari atas. Ah, ini sebenarnya kan pemandangan sehari-hari kita, para orang dewasa. Namun bagi anak-anak, pengalaman tersebut sebegitu menariknya, ya!
Bagaimana saat mereka berada di dalam Trans-Jakarta? Bisa ditebak, mereka terkesima. Seperti si bungsu yang terpana melihat tulisan berjalan “Pinang Ranti-Pluit.” Saya juga kesulitan mendudukkan si kakak di kursi karena ia senang sekali melihat suasana dalam bus. Namanya juga pengalaman pertama!
Lesson learned: tidak perlu jauh-jauh dan muluk-muluk untuk menyenangkan hati anak. Kehadiran orang tualah yang utama buatnya.
Look at those eyes! Mereka tampak senang dan antusias menjajal ragam hal baru yang sederhana meski menurut sang ibu, semua tidak berjalan sesuai rencana.
Assalamu'alaykum Wr. wb.
Halo Ayah Bunda...
Ada kabar bahagia untuk ayah bunda yang sedang bingung mencari Mitra dalam membersamai tumbuh kembang ananda untuk wilayah malang.
Kini...
Telah dibuka Triple-C Daycare (Cahaya Childern Center) cabang Sawojajar-Malang
Rumah Kedua Buah Hati Anda
Yang siap membersamai ananda dalam tugas tumbuh kembangnya.
More info: 082134085008
About us
our sosmed
blog: keluargacahaya.com
FB : www.facebook.com/TripleC
IG: www.instagram.com/@cahaya_childern_center
email: [email protected]
TRIPLE-C
Rumah Kedua Buah Hati Anda
Setuju banget sama cerita mba Febi.. kadang kitanya yg terlalu antusias untuk beli tiket diskonan playground agar si anak mau main, eeh ternyata anaknya sama sekali ga mau main :(
Sang anak lebih milih untuk lari2 an di plataran Mall :D
Trima kasih mba ceritanya, bisa jadi pembelajaran untuk kami bahwa memang yg anak2 butuhkan itu adalah orang tua yg benar2 ada untuk mereka :)
Lucu banget anaknya mba, salam ya untuk si krucil :)
Bener banget, membuat anak bahagia nggak sesulit pikiran orang dewasa :) yang penting orang tua dekat dengan anak dan "hadir" dalam arti yang sesungguhnya. nggak perlu 24/7 kok, yang jelas saat bersama anak harus benar2 ada untuk mereka. hehehe..
orang tua kan kadang pengin yaa anaknya main A, B, C dan eksplor A, B, C sesuai rencana, tapi kalau nggak sesuai rencana pun, anak-anak kecil ini pinter banget cari kegiatan sendiri.
Walau beda lagi sih kalau anaknya udah agak besar dan ngerti tentang "kegiatan atau rencana" yang sudah dibuat :)
Betul mba Cindy, sekalinya bareng sama anak kitanya juga harus penih perhatian yah. Aku setujuuu anak-anak akan selalu dapat hal baru buat dieksplor. Pastinya kalau sudah enggak balita lebih menantang lagi ya mbak untuk perihal remcana :D
Ahhh bener banget semuanya Feb :') buat anak-anak itu simple aja yah. Gemeees deh sama anak-anakmu, Feb! Peluk buat si sulung dan si bungsu (lucu banget liat wajah terkesimanya di foto :D).
Aaak makasih teh Ninit :) iya, dari pengalaman itu aku belajar untuk gak muluk-muluk lagi dan lebih bijak lagi milih aktivitas di luar rumah untuk mereka.
Kadnag ekspektasi kita sebagai ortu ketinggian ya mbak Feb, padahal yang anak butuhkan cuma bisa selalu dekat sama ortunya. Lucunya kakak dan si bungsu. Peluks untuk mereka :)
Betul, aku pun berpikir, jangan-jangan kita merencanakan sesuatu karena ambisi ortu semata bukan karena anak. Makasih dah komen, mba :*