Hamil Setelah Operasi Leher Rahim

Oleh Evi Mariani pada Selasa, 04 November 2014
Seputar Our Stories

Apa yang terjadi jika hasil pap smear positif dan sebagian leher rahim harus dibuang? Bisakah kita hamil? Kalau bisa, apakah ada risikonya?

Ini pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah saya menerima hasil pap smear positif dari klinik kesehatan di universitas di Amerika Serikat, ketika saya menjalani fellowship pada tahun 2012. Waktu itu usia saya 36 tahun, saya dan suami sudah membicarakan lepas kontrasepsi. Sebelum hamil, saya ambil tes pap smear dulu karena saya pernah punya riwayat infeksi HPV di tahun 2005. Waktu itu sel abnormalnya masih sebatas 'mild' atau istilah teknisnya CIN I dan ternyata bisa hilang sendiri. Lalu saya lalai, setelah 2007 tidak pernah periksa lagi, karena malas dan takabur. Keputusan yang salah meski masih untung belum jadi kanker. Hasil tes pap smear saya di tahun 2012 tersebut menunjukkan 'moderate to severe dysplasia' atau CIN II/III.

Dari rekomendasi dokter di Amerika, saya harus operasi leher rahim dengan metode loop electrosurgical excision procedure (LEEP), karena kalau dibiarkan akan ada kemungkinan sel abnormal ini berkembang menjadi sel kanker leher rahim (cervical cancer). Inti dari operasi ini adalah membuang sebagian leher rahim yang mengandung sel abnormal. Seberapa banyak yang dibuang sangat tergantung pada persebaran sel abnormal, usia serta apakah pasien berencana punya anak atau tidak.

Saya menginformasikan kepada dokter kandungan yang menangani saya bahwa saya belum punya anak dan berencana punya satu anak. Dokter Sundaram yang menangani saya mengatakan bahwa dia akan mengambil sesedikit mungkin bagian dari leher rahim karena kalau diambil terlalu banyak khawatir leher rahim saya akan terlalu tipis, sehingga tidak kuat menahan bayi saat hamil.

Operasinya sendiri termasuk operasi kecil, jadi meski anestesi total namun saya tidak perlu menginap. Prosedurnya memakan waktu kurang dari sejam. Setelah dibius total saya tidak ingat apa-apa sama sekali dan ketika terbangun, LEEP sudah selesai dan saya sudah di luar ruang operasi. Setelah mengurus administrasi dan sebagainya, saya diizinkan pulang dan disarankan bedrest seharian untuk menghindari perdarahan.

Beberapa hari kemudian saya ditelepon oleh dokter untuk diberi tahu hasil lab dari pemeriksaan bagian leher rahim yang diambil. Ternyata kabar agak buruk, karena dr. Sundaram tidak berani mengambil terlalu banyak (hanya ketebalan kurang dari 1 cm) maka ada kemungkinan masih ada sel abnormal yang tertinggal. Saya diminta kembali beberapa minggu kemudian, untuk diambil sampel lagi ketika luka operasi sudah sembuh. Untungnya hasil menunjukkan leher rahim bersih dari sel abnormal. Syukurlah, tidak perlu LEEP lagi. Tetapi dokter mengatakan bahwa saya harus menunggu sekurangnya tiga bulan sebelum hamil untuk memberi waktu pada leher rahim agar pulih sepenuhnya.

Saya kembali ke Indonesia dan setelah tiga bulan sesudah operasi saya datang ke dokter kandungan di RS Gandaria, dr. Achmad Mediana SpOG. Saya ceritakan duduk perkaranya dan bertanya: boleh hamil nggak, dok? Ya sudah 3 bulan kan? Ya boleh lah, kata dr. Achmad, tapi ibu perlu tahu risikonya. Dokter kemudian menjelaskan bahwa ada kasus di mana hormon kehamilan menyebabkan sel abnormal muncul lagi dan ada yang sampai menyebar ke rahim. Akibatnya begitu anak lahir, rahim harus diangkat. Ibu siap? Saya bilang, ya kalau sudah ada anak satu ya tidak apa-apa, wong memang saya dan suami maunya cuma satu.

Tidak lama setelah buka kontrasepsi, saya hamil.

[caption id="attachment_101528" align="alignnone" width="391" caption="(gambar: www.freedigitalphotos.net)"][/caption]

Selain konsultasi ke dokter Achmad, saya juga rajin googling di forum forum parenting luar negeri, tentang pregnancy after LEEP. Pengalaman ibu-ibu lain membesarkan hati saya, banyak yang hamil sesudah LEEP dan lancar-lancar saja. Tapi memang ada dua hal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari LEEP, yaitu incompetent cervix, di mana risikonya adalah bayi lahir prematur. Kedua adalah masalah dengan bukaan leher rahim ketika melahirkan dengan cara normal. Bayi lahir prematur karena leher rahim yang tipis, sementara masalah bukaan terjadi karena bekas luka operasi di leher rahim membentuk semacam jaringan ikat (scar tissue) yang menyebabkan leher rahim sulit membuka. Jadi ada beberapa kasus di mana ibu-ibu bertahan di bukaan 4, misalnya, sehingga akhirnya harus menjalani operasi caesar. 

Saya konsultasikan temuan saya pada dokter Achmad dan beliau memeriksa leher rahim saya. Dokter Achmad mengatakan aman dan masih cukup (tetapi saya lupa waktu itu berapa cm). Nah soal bukaan susah ini dokter Achmad menyarankan sebaiknya dioperasi caesar, tetapi kalau mau coba normal dulu ya silakan.

Pada akhirnya anak saya lahir full-term melalui operasi caesar, tepat pada hari perkiraan lahirnya karena saya tidak kunjung kontraksi bahkan Braxton-Hicks saja tidak. Jadi saya tidak tahu juga sih, kalau normal apa benar saya sulit bukaan. Bisa jadi tidak ada kontraksi pun karena jaringan ikat bekas luka membuat leher rahim saya tidak mengalami bukaan. Mungkin saja.

Enam bulan setelah melahirkan, saya pap smear lagi. Syukurlah masih bersih. Tapi tidak menutup kemungkinan muncul lagi, sebab si virus mungkin saja masih bercokol di tubuh saya. Untuk kontrasepsi, dokter Achmad menyarankan pil karena riwayat LEEP saya tidak cocok untuk IUD. Baru-baru ini saya ke dokter lain dekat rumah untuk tes pap smear dan konsultasi. Dokter yang ini menyarankan metode kontrasepsi kondom dan jangan pil karena meningkatkan risiko dysplasia. 

Untuk tes pap smear terakhir, saya belum ambil hasilnya. Semoga aman. Meskipun begitu, saya bersyukur bahwa kehamilan saya lancar meski leher rahim sempat dioperasi. Urban mama yang mengalami kasus serupa ini, jangan takut dan semoga ini menjadi pengingat untuk para mama agar rajin tes pap smear ya.

22 Komentar
Rika Melinda
Rika Melinda February 1, 2020 1:05 pm

Thanks sharing nya mom.. bermanfaat banget

luki erlistina December 27, 2019 1:10 pm

Mbak evi bisa minta no WA nya, saya sangat butuh banget, saya mau sharing soalnya saya kasusnya sama dengan mbak evi,, saya mohon mbak ya, terimakasih

Mickey Minnie
Mickey Minnie December 23, 2019 9:53 am

oh iya mom kalo boleh kasih masukan, dicoba rajin2 minum kunyit jahe dan teh hijau, krn yg saya google bahan2 tsb akan mengurangi resiko kanker dan sebagai imun booster semoga sel abnormal tidak balik lagii

luki erlistina December 27, 2019 1:13 pm

Mom Mickey Minnie boleh minta no wa nya atau wa ke saya di no ini 082251847561 saya mw sharing2 mom

Wendy Vic December 6, 2019 1:47 pm

mom evi klo bole tau virus hpv brapa ya? thxu ya uda sharing,saya juga sama mom ada hpv 58 tipe high risk

Evi Mariani
Evi Mariani November 25, 2019 9:27 am

Hai semua, jangan khawatir kalau HPV positif, karena dengan penanganan yang tepat dan segera, bisa sembuh. Saya sejak LEEP sampai sekarang, pap smear selalu negatif. Semoga sudah hilang sama sekali.

Mickey Minnie
Mickey Minnie December 23, 2019 9:01 am

mom evi saya harus leep juga karena CIN 1-2, semoga hasil nya akan baik juga ya amin, Mom evi klo saya bole tau sebelom leep dokter nya kolposkopi dan ambil sample untuk di lab dulu gak? saya di kolposkopi dan diambil sample jaringan sedikit lalu hasil pa nya cin 1-2

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies