Jadi ibu itu banyak tantangannya. mulai dari menghadapi anak yang sudah punya kemauan sendiri, berkepala dingin saat buah hati sakit, sampai bersikap bijak menanggapi kritik lingkungan sekitar soal pola asuh. Karena itulah, terkadang ibu mengalami frustrasi dan stres yang bahkan dapat berujung pada depresi pascamelahirkan. Tak hanya ibu cenderung emosional, keadaan tersebut juga kerap membuat anak menjadi bulan-bulanan. Lebih parah lagi korban kekerasan karena kesehatan jiwa ibu terganggu.
Sebagai ibu baru yang masih belajar, beberapa kali saya mengalami frustrasi. Pernah suatu saat, saya hampir menangis karena anak tak mau makan. Orang lain mungkin akan menganggap saya terlalu terbawa perasaan. Tapi, rasanya sedih sekali, sementara ada obsesi dalam diri dan tuntutan orang terdekat bahwa berat badan anak harus terus menanjak. Sampai akhirnya saya mendorong diri untuk membaca sejumlah buku seputar pola asuh dan tumbuh kembang anak, berpartisipasi dalam forum orangtua seperti The Urban Mama, sampai menyimak dengan saksama berbagai video seminar para pakar di internet.
Ternyata benar, belajar adalah upaya untuk memberdayakan diri. Hasil-hasil pembelajaran dari berbagai sumber justru menjadi sugesti positif bagi saya untuk berkepala dingin dan berusaha lebih bijaksana menghadapi perilaku anak yang kian dinamis saja setiap harinya. Apalagi, anak sulung saya yang berusia 19 bulan menjadi lebih rewel dan mudah meledak-ledak sejak adiknya lahir. Kalau saja tidak banyak belajar, mungkin saya sudah melabelinya anak cengeng atau anak nakal. Na'udzubillahimindzalik
Sekarang, ketika anak mogok makan dan mengacak-acak makannya, saya dapat berpikir:
"Oh, mungkin dia sedang tumbuh gigi..."
"Bisa saja indra perasanya kian berkembang dan menginginkan cita rasa baru yang lebih unik lagi."
"Hihihi, biar saja makanannya diacak-acak atau dilempar-lempar. Itu menjadi pertanda, motorik halus dan indra perabanya berkembang baik."
Dengan banyak belajar, ibu juga akan menjadi lebih terbuka, membiarkan anak bereksplorasi tanpa banyak kekhawatiran agar pengalaman mereka lebih kaya (tentunya disertai pengawasan). Pengalaman yang kaya sejatinya dapat berkontribusi terhadap kecerdasan anak.
image credit: pexels.com
Pemberdayaan diri dengan banyak belajar tak sepantasnya berhenti setelah perempuan menikah dan berumah tangga. Ketika menjadi istri dan ibu, perempuan justru harus lebih banyak belajar karena tak ada sekolah menjadi orangtua. Terlebih, seorang ibu diamanahkan tanggung jawab besar dengan melahirkan dan membentuk suatu generasi.
Pemberdayaan diri dengan belajar tak melulu bergantung lembaga formal, melainkan tumbuh dari inisiatif untuk mendidik diri sendiri, dengan banyak membaca dan berpartisipasi dalam berbagai ruang diskusi.
Sebagaimana kutipan surat Ibu Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya pada 4 Oktober 1902:
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Selamat memberdayakan diri dengan terus membaca, The Urban Mama. Selamat Hari Kartini!
Selamat Hari Kartini Febi! Selamat Hari Kartini The Urban Mama!
Suka banget sama artikelnya mama Febi!
Aku semenjak punya anak, semangat banget belajar ini-itu. Beda banget sama sebelumnya, pemalas. hihi
Sama banget, mba Cindy. Aku merasa lebih semangat belajar sejak jadi ibu dibanding waktu sekolah dulu hehehe
bagusss artikelnya mama Febi! yess bener banget perempuan harus cerdas. Karena seorang ibu adalah madrasah utama bagi anaknya. happy kartini day! :)
Betul, ibu adalah pendidik pertama dan utama. Terima kasih apresiasinya, mba Widya :)
Selamat Hari Kartini, Febi!
Setuju banget Feb! Menjadi Ibu, pendidik manusia yang pertama. Oleh karena itu sebagai ibu kita harus terus belajar, menambah pengetahuan, bergaul, dan berdaya.
A great article, Feb!
Betul banget, teh Ninit. Terima kasih atas kesempatan dan apresiasinya :)
mama febi, thanks sharingnya. Setuju banget deh, sebagai orangtua memang harus banyak belajar agar semua bisa seimbang ya, keluarga pun jadi happy. Tfs ya mama febi
Betul, mba Dieta. Karena dengan belajar, kita bisa jadi lebih kalem menghadapi berbagai persoalan. Kalau ibunya kalem, insya Allah keluarga juga happy, ya mba :)