Saya tergerak untuk menulis tentang penyakit kawasaki ini setelah mendengar cerita teman saya yang anaknya terkena penyakit ini. Awalnya anak teman saya demam mendadak tinggi hingga 40,1 derajat Celcius. Saat diberi obat penurun panas, demamnya sempat turun, tetapi naik lagi setelah empat jam. Keesokan harinya si kecil dibawa ke UGD karena saat itu hari Minggu, dan didiagnosis radang tenggorokan.
Ketika demam tidak kunjung reda pada hari ketiga, ia kembali dibawa ke dokter dan disarankan agar tes darah. Diagnosis kedua adalah infeksi pencernaan dan diberi surat rujukan rawat inap jika masih demam tinggi sampai tiga hari berikutnya. Pada hari keempat ia masih demam dan muncul ruam kemerahan di punggung. Lalu pada hari ketujuh ia mulai muntah-muntah, kaki dan tangannya membiru, sehingga kembali dibawa ke UGD. Setelah cek darah, dokter meminta agar segera dirawat inap karena dalam tiga hari angka CRP hanya turun sedikit dari 63,5 ke 55,3 padahal batas normalnya 2,8.
Teman saya lalu menanyakan kepada dokter apakah mungkin si kecil terkena penyakit kawasaki karena ia kebetulan ingat pada artikel tentang penyakit ini. Menurut dokter, ada dua kemungkinan, antara Scarlet Fever dan Kawasaki. Baru keesokan harinya anak ini dinyatakan positif mengidap penyakit Kawasaki.
image credit: pexels.com
Jadi, apa itu Penyakit Kawasaki?
Penyakit kawasaki ditemukan oleh Dr. Tomisaku Kawasaki di Jepang pada tahun 1967, dan dinamakan sesuai nama beliau. Penyakit ini merupakan penyakit demam akut pada anak-anak karena 80% menyerang balita berusia di bawah 4 tahun.
Sayangnya, masih banyak di antara kita yang belum memahami penyakit ini. Padahal keterlambatan atau kesalahan diagnosis bisa berakibat fatal karena gejala penyakit ini mirip dengan gejala penyakit anak-anak pada umumnya, seperti campak, alergi, gondong, atau infeksi virus.
Apa Saja Gejala Penyakit Kawasaki?
Gejalanya muncul pada tiga tahap dan akan berlangsung selama kurang lebih 1,5 bulan.
Tahap pertama terjadi pada minggu pertama sampai kedua. Pada tahap ini, gejala utama yang muncul adalah demam tinggi selama lebih dari lima hari yang disertai:
- Muncul bercak-bercak merah setelah 2-3 hari demam yang mirip seperti pada penyakit campak.
- Kedua mata merah tanpa kotoran (conjunctivitis).
- Pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu sisi leher sehingga sering diduga penyakit godong (parotitis).
- Lidah merah menyerupai stroberi (strawberry tongue), bibir merah terkadang pecah bahkan bisa berdarah.
- Telapak tangan dan kaki memerah dan agak membengkak.
Perlu diperhatikan, gejala yang muncul tidak selalu sama dan bisa saja hanya mengalami sebagian dari gejala itu.
Pada minggu kedua sampai keempat, demam biasanya sudah turun, tetapi pasien akan mengalami gejala-gejala lain yang meliputi:
- Kulit pada ujung jari tangan dan kaki mengelupas (dekat kuku).
- Gangguan pencernaan (seperti diare, muntah, dan sakit perut).
- Rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi.
Pada tahap inilah, risiko komplikasi seperti aneurisma dapat muncul. Aneurisma adalah kondisi pecahnya akibat dinding pembuluh darah tidak cukup kuat untuk menahan aliran darah. Lemahnya pembuluh darah ini disebabkan proses peradangan akibat penyakit kawasaki.
Pasien akan memasuki tahap ketiga pada minggu ke keempat sampai keenam. Pada tahap ini, gejala-gejala PK perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi anak umumnya masih lemas sehingga mudah lelah.
Apa Penyebab Penyakit Kawasaki?
Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Para ahli menilai bahwa penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi dan keturunan, tetapi jenis bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit ini belum dapat teridentifikasi dengan jelas hingga saat ini. Penyakit ini tidak menular.
Mengapa Penyakit Kawasaki Berbahaya?
Penyakit ini berpacu dengan waktu, dan pada fase ketiga bisa menyebabkan kerusakan jantung dan pembengkakan pada pembuluh darah menuju jantung (koroner). Penyakit kawasaki ditangani sebelum mencapai 10 hari dari timbulnya gejala. Karena itulah urban mama perlu lebih waspada saat si kecil demam. Memang setelah melewati fase ketiga pasien akan sembuh, tetapi kerusakan pada pembuluh darah yang ditimbulkannya bisa menyebabkan serangan jantung di kemudian hari.
Bagaimana dengan kondisi anak teman saya? Saat ini sudah dilakukan ECHO jantung pada si kecil dan bersyukur tidak ada pembengkakan pembuluh atau kerusakan jantung. Namun ia harus tetap menjalani pemeriksaan rutin selang tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun setelahnya ke dokter anak dan dokter jantung.
Mudah-mudahan dengan membaca artikel ini Urban Mama bisa lebih waspada jika si kecil demam. Semoga Urban Mama dan keluarga tetap sehat selalu ya!
Thanks Mama Marsha.
Agak mengkhawatirkan memang Kawasaki ini karena gejala nya gak terlalu berbeda dengan sakit umum yang dialami anak2 dan ternyata gak semua dokter juga aware dengan penyakit Kawasaki. Harus ortu juga yang aktif bertanya dan mencari tahu.
Beruntung setelah cari second opinion, kerabat menemukan dokter yang tepat sehingga penanganannya juga cepat.
Terima kasih artikelnya Mama Marsha. Semoga kita semua semakin aware dengan penyakit-penyakit yang semakin banyak ini :(.
thanks ya mama Marsha, jadi tahu tentang penyakit kawasaki.
tulisan yang sangat penting untuk dibaca!
thanks marsha... sudah menulis tentang penyakit kawasaki ini... supaya urban mama selalu waspada kalau anaknya demam. kita ngga pernah tahu jadi sebaiknya tidak dianggap biasa-biasa saja.
thanks yah cha...
Terima kasih artikelnya mama Marsha.
Sebelumnya baca-baca tentang penyakit Kawasaki masih bingung. Tapi tulisan ini bisa langsung aku cerna :D
Semoga anak teman mama Marsha sehat-sehat terus yaa!