Helping Your Child Develop Self-Esteem

Oleh Eka Gobel pada Sabtu, 02 Juni 2018
Seputar Our Stories
Helping Your Child Develop Self-Esteem

Tentu kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang mandiri dan percaya diri. Kita ingin anak-anak kita tumbuh dewasa dan mengatasi tantangan hidupnya sendiri. Untuk itu kita sebagai orangtua dituntut untuk memberi mereka ruang dan waktu untuk belajar mandiri, mampu menjadi mentor bagi mereka untuk mempelajari life skill yang mereka perlukan. Hal-hal yang terlihat sederhana bisa menjadi sarana bagi anak-anak untuk mengasah dan menstimulasi otaknya. Sense of achievement yang mereka dapat saat berhasil melakukan sesuatu sendiri akan menambah rasa percaya diri anak –tentu ini penting bagi perkembangan mereka selanjutnya.

Anak dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih berhasil dalam melakukan sesuatu yang dia cita-citakan. Rasa percaya diri inilah yang perlu dibangun sejak dini, secara bertahap. Contoh sederhana dalam keseharian kita misalnya mengajari anak-anak untuk makan sendiri, disiplin sarapan, makan siang, makan malam dengan menu yang bergizi seimbang. Untuk itulah The Urban Mama bersama Nestle Breakfast Cereal mengadakan TUMLuncheon di Bogor, mengangkat tema Helping Your Child Develop Self-Esteem dengan narasumber Adhitya Mulya (Penulis Novel dan Skenario Film) dan Prof. Dr. Ali Khomsan, M.S. (Guru Besar Pangan dan Gizi IPB).

Berikut ini adalah beberapa poin penting yang disampaikan oleh Adhitya Mulya:

  1. Self-esteem adalah kemampuan untuk menghargai diri sendiri berdasarkan aktualisasi diri. Bukan self-esteem namanya bila kita merasa berharga setelah memastikan orang lain lebih rendah, karena ini sombong. Bukan self-esteem pula bila kita merasa berharga hanya menjadi pintar tanpa berusaha/ terlahir pintar. Dan bukan self-esteem pula bila kita merasa berharga hanya jika memakai barang-barang yang mahal harganya.
  2. Self-esteem tidak akan didapat saat orangtua selalu menolong atau menyediakan semua hal untuk anaknya. Saat orangtua terlalu sering menolong, anak kehilangan kesempatan untuk belajar life-skill di usianya. Misalnya:
    “Sini Mama ikatkan tali sepatunya.”, atau
    “Sini mama suapin.”, atau
    “Jangan main pisau, jangan pegang piring, jangan ini... jangan itu.”
  3. Saat orangtua terlalu sering menolong, anak menjadi tidak sadar bahwa ia harus berusaha.
  4. Terlalu sering menolong akan membuat anak menjadi steril terhadap cobaan, bukan imun terhadap cobaan.
  5. Hindari memberikan pujian berlebihan saat usaha anak belum maksimal, hindari memberikan reward untuk sesuatu yang sudah menjadi kewajiban mereka. Hindari menjadikan barang atau harta dapat meningkatkan martabat kita, hindari menjadikan keturunan dengan superioritas. Hindari pula menanamkan fixed minded seperti memberikan persepsi bahwa mereka terlahir pintar, karena mereka tetap harus rajin dan disiplin agar menjadi orang yang berhasil.

 

Adapun Prof. Dr. Ali Khomsan, M.S. menggarisbawahi beberapa poin di bawah ini:

  1. Ada 4 pilar gizi seimbang, yaitu mengonsumsi makanan beragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik/berolahraga, serta mempertahankan dan memantau berat badan normal.
  2. Penelitian pada 56 anak usia di bawah 12 tahun di Pittsburgh AS yang tidak sarapan (merasa lapar di sekolah) menyatakan bahwa terdapat beberapa gejala negatif seperti:
    - Menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuat
    - Bermasalah dengan guru
    - Mengambil sesuatu milik orang lain
  3. Penelitian pada 379 anak SD-SMP di India menyatakan bahwa skor uji atensi dan konsentrasi juga nilai akademis anak yang tidak sarapan jauh berada di bawah dibanding anak-anak yang teratur sarapan.
  4. Beberapa alasan sarapan tidak teratur atau atau tidak sarapan:
    - Tidak suka makanan yang disajikan
    - Tidak ada waktu (karena terlambat bangun sehingga terburu-buru)
    - Orangtua di rumah tidak sempat menyiapkan
  5. Melewatkan sarapan meningkatkan berat badan dan memiliki pengaruh lebih besar dalam memperbesar lingkar pinggang dibanding makan malam sebelum tidur.
  6. WHO merekomendasikan agar kita meningkatkan konsumsi whole grain sebagai strategi untuk menurunkan angka obesitas, penyakit kardiovaskular dan diabetes.
     

Sementara itu, Ibu Fianti Femilia (disapa mbak Fifi) dari Nestle Breakfast Cereal mengatakan bahwa saat ini Nestle Sereal memiliki beragam sereal yang dapat dipilih saat sarapan bersama keluarga. Produk Nestle Sereal yang dapat dipilih oleh urban mama, diantaranya Honey stars, Koko Krunch, Milo Sereal, dan corn flakes. Khusus untuk Koko Krunch, bentuk serealnya berubah menjadi berbentuk koko. Ibu Fifi menjelaskan bahwa bentuknya saja yang berubah, rasanya masih tetap sama. 

Sebagai penutup, beliau menyampaikan bahwa sarapan merupakan makanan yang paling penting untuk sehari-hari, oleh karena itu Nestle Breakfast Cereal selalu berusaha membuat sereal sebagai pilihan terbaik untuk urban mama dan keluarga. "Kami membuatnya mudah untuk memperoleh gizi yang baik dalam setiap mangkuk sereal yang lezat," jelas ibu Fifi.
 

Terima kasih Nestle Breakfast Cereal atas ilmunya. Semoga kita dapat mencetak generasi penerus yang sehat jiwa raganya, mandiri, percaya diri,  dan dapat mengatasi tantangan hidupnya nanti.

3 Komentar
Atika dian Pitaloka
Atika dian Pitaloka July 27, 2018 10:07 pm

Karna cara mencintai tidak selalu dengan memberi dan melayani. Terkadang membiarkannya belajar mandiri akan lebih bermanfaat bagi masa depan anak-anak kita kelak.

dieta hadi
dieta hadi June 5, 2018 2:51 pm

Memang mulai banyak orangtua menjadi orangtua yang selalu melindungi anaknya sehingga semua diberikan tanpa melihat lagi kebutuhan anak yg sesungguhnya. Penting banget untuk menumbuhkan self estim anak. Dan tentunya sarapan juga sangat penting donggg biar anak anak ga bete di sekolah karena lapar

Cindy Vania
Cindy Vania June 2, 2018 9:24 am

waa terima kasih rangkuman acaranya mamah Eka!
bisa dibaca2 buat pengingat :)